MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Pengertian Manusia dan Lingkungan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan-aturan Tuhan.
Sedangkan lingkungan merupakan suatu media dimana makhluk hidup tinggal, mencari penghidupan, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas.
Relasi manusia dan lingkungan adalah hubungan timbal balik dan simbiotik mutualisme. Hal ini dikarenakan manusia hidup di lingkungan alam dan lingkungan alam pun membutuhkan manusia utuk melestarikannya.
Manusia diciptakan Allah memang sebagai khalifah di muka bumi. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30, yang artinya:
“...dan ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, sesungguhnya aku akan menciptakan khalifah di dunia.”
Malaikat ketika itu tidak sepakat. Kemudian mereka bertanya:”apakah makhluk itu tidak akan melakukan kerusakan di bumi dan menumpahkan darah, padahal kami para malaikat selalu melakukan pujian”. Akan tetapi Allah menyatakan bahwa Dia lebih mengetahui apa yang tidak malaikat ketahui.
Di dalam konsep Islam, maka terdapat 2 fungsi manusia dalam kehidupannya. Pertama, adalah sebagai abdun atau hamba Allah. Kedua, adalah sebagai khalifah atau wakil Allah di bumi.
Blog ini Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah ISBD yang diampu ole Drs. Ana Maulana M.Pd
Sabtu, 11 Juni 2011
Rabu, 08 Juni 2011
Penyalahgunaan IPTEK
DAMPAK NEGATIF PENYALAHGUNAAN IPTEK
Kemajuan IPTEK di satu sisi dapat membantu atau mempermudah kinerja manusia dalam menjalankan usaha atau kreativitas dan aktivitas. Akan tetapi di sisi lain dengan kemajuan dan perkembangan IPTEK dapat menghancurkan moral atau akhlak manusia, karena manusia tidak bisa mengambil nilai manfaat dari teknologi yang digunakan atau manusia menyalahgunakan IPTEK itu untuk kepentingan hasrat sesaat.
Beberapa dampak negatif yang telah muncul antara lain dalam bidang:
1. Informatika
Kemajuan teknologi komputer dan informasi faktanya membuat dunia kejahatan makin canggih. Praktek- praktek pencurian melalui jaringan komputer dan internet, seperti pembobolan bank, penipuan transaksi dagang via internet, bahkan pembocoran rahasia sebuah institusi atau negara juga sering terjadi.
Selain itu, kemajuan informatika ini bisa merusak moral anak bangsa dengan maraknya pornografi (foto atau vidio) yang secara mudah dapat diunduh dari internet. Pencemaran nama baik juga kerap terjadi, baik melalui jejaring sosial (seperti facebook, twitter, dsb) atau melalui rekayasa komputer.
2. Persenjataan
Senjata yang canggih dan modern (seperti uranium dan nuklir) dapat menimbulkan kerusakan yang lebih parah ketimbang senjata konvensional. Hal ini juga bisa membuat suatu negara merasa sangat kuat dan ingin menguasai negara lain. Selain itu, senjata canggih juga bisa memicu persaingan dan pada tingkat tertentu bisa menyulut terjadinya perang.
3. Biologi
Sebagaimana kita ketahui bahwa perkembangan biologi molekuler melahirkan adanya rekayasa genetika, seperti kloning dan bayi tabung. Di satu sisi, penemuan tersebut tentu memberikan manfaat bagi manusia. Namun di sisi lain, perkembangan tersebut menyebabkan jatuhnya martabat manusia ke tingkat yang paling rendah.
4. Lingkungan Hidup
Akibat maraknya industri, polusi yang tidak terkendali, eksploitasi alam yang tidak bertanggung jawab, serta pembangunan reaktor nuklir di tempat yang tidak tepat, kerusakan lingkungan yang terjadi kini sudah melewati batas kewajaran. Jika dibiarkan terus menerus, maka hal tersebut tidak hanya mengancam kelangsungan hidup manusia tetapi juga membantu mempercepat kehancuran dunia.
Pengaruh Perkembangan IPTEK Terhadap Pola Kemasyarakatan Alienasi
Alienasi (keterasingan manusia) adalah suatu kondisi psikologis seorang individu yang dinafasi oleh kesadaran semu tentang misteri keabadian, termasuk keberadaan Tuhan serta dirinya sendiri sebagai individu serta komunitas.
Perkembangan IPTEK yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya. Orang merasa asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya.
Perkembangan teknologi yang melanda hidup manusia harus dikuasai pemanfaatannya. Jangan sampai perkenbangan media menjadikan manusia sebagai objek, menyeret dan memaksanya pada model kehidupan yang menyimpang.
Kemajuan IPTEK di satu sisi dapat membantu atau mempermudah kinerja manusia dalam menjalankan usaha atau kreativitas dan aktivitas. Akan tetapi di sisi lain dengan kemajuan dan perkembangan IPTEK dapat menghancurkan moral atau akhlak manusia, karena manusia tidak bisa mengambil nilai manfaat dari teknologi yang digunakan atau manusia menyalahgunakan IPTEK itu untuk kepentingan hasrat sesaat.
Beberapa dampak negatif yang telah muncul antara lain dalam bidang:
1. Informatika
Kemajuan teknologi komputer dan informasi faktanya membuat dunia kejahatan makin canggih. Praktek- praktek pencurian melalui jaringan komputer dan internet, seperti pembobolan bank, penipuan transaksi dagang via internet, bahkan pembocoran rahasia sebuah institusi atau negara juga sering terjadi.
Selain itu, kemajuan informatika ini bisa merusak moral anak bangsa dengan maraknya pornografi (foto atau vidio) yang secara mudah dapat diunduh dari internet. Pencemaran nama baik juga kerap terjadi, baik melalui jejaring sosial (seperti facebook, twitter, dsb) atau melalui rekayasa komputer.
2. Persenjataan
Senjata yang canggih dan modern (seperti uranium dan nuklir) dapat menimbulkan kerusakan yang lebih parah ketimbang senjata konvensional. Hal ini juga bisa membuat suatu negara merasa sangat kuat dan ingin menguasai negara lain. Selain itu, senjata canggih juga bisa memicu persaingan dan pada tingkat tertentu bisa menyulut terjadinya perang.
3. Biologi
Sebagaimana kita ketahui bahwa perkembangan biologi molekuler melahirkan adanya rekayasa genetika, seperti kloning dan bayi tabung. Di satu sisi, penemuan tersebut tentu memberikan manfaat bagi manusia. Namun di sisi lain, perkembangan tersebut menyebabkan jatuhnya martabat manusia ke tingkat yang paling rendah.
4. Lingkungan Hidup
Akibat maraknya industri, polusi yang tidak terkendali, eksploitasi alam yang tidak bertanggung jawab, serta pembangunan reaktor nuklir di tempat yang tidak tepat, kerusakan lingkungan yang terjadi kini sudah melewati batas kewajaran. Jika dibiarkan terus menerus, maka hal tersebut tidak hanya mengancam kelangsungan hidup manusia tetapi juga membantu mempercepat kehancuran dunia.
Pengaruh Perkembangan IPTEK Terhadap Pola Kemasyarakatan Alienasi
Alienasi (keterasingan manusia) adalah suatu kondisi psikologis seorang individu yang dinafasi oleh kesadaran semu tentang misteri keabadian, termasuk keberadaan Tuhan serta dirinya sendiri sebagai individu serta komunitas.
Perkembangan IPTEK yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya barat bisa jadi menciptakan sebuah alienasi budaya. Orang merasa asing dengan budayanya sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan kebudayaan yang telah membentuk identitas sosialnya.
Perkembangan teknologi yang melanda hidup manusia harus dikuasai pemanfaatannya. Jangan sampai perkenbangan media menjadikan manusia sebagai objek, menyeret dan memaksanya pada model kehidupan yang menyimpang.
Materi 6 Manusia Sains dan Tekhnologi
SAINS DAN TEKNOLOGI
Sains dan teknologi dapat berkembang melalui penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa.
Kegunaan IPTEK bagi manusia sangat tergantung dari nilai, moral, norma, dan hukum yang mendasarinya. IPTEK tanpa nilai sangat berbahaya dan manusia tanpa IPTEK mencerminkan keterbelakangan.
Pengertian Sains Dan Teknologi
Sains adalah ilmu pengetahuan yang teratur (sistematis) yang dapat diuji kebenarannya sesuai realita.
Teknologi merupakan keterampilan manusia menggunakan sumber daya alam untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapinya dalam kehidupan.
Makna Sains, Teknologi, dan Seni Bagi Manusia
Perkembangan Teknologi
Perkembangan IPTEK dapat mendatangkan kemakmuran materi. Dengan menggunakan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru, kita dapat memperoleh hasil.
Iptek dan Nilai
Perkembangan iptek bergerak cepat, sehingga perlu ditanggapi dan dipersiapkan dalam menghadapinya sesuai kebutuhan pembangunan. Teknologi dapat membawa bencana, sebaliknya juga telah terbukti bahwa bagi mereka yang dapat memanfaatkannya, teknologi tersebut dapat menolong mereka dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Manusia Sebagai Subjek dan Objek IPTEK
Dengan adanya kemajuan ilmu teknologi, manusia bisa menciptakan perlengkapan yang canggih untuk berbagai kegiatan sehingga dalam kegiatan kehidupannya tersedia berbagai kemudahan.
Makna dan Nilai IPTEK
Makna IPTEK
Perkembangan teknologi dapat menghasilkan kemakmuran bagi masyarakat. Sifat ketidakpuasan manusia mendorong kemajuan teknologi digunakan untuk memudahkan kehidupan manusia
Nilai IPTEK
IPTEK dikembangkan sesuai kebutuhan. Perkembangan iptek harus mampu menyesuaikan nilai yang dianut suatu masyarakat.
Tingkatan Teknologi berdasarkan penerapannya dapat dibagi menjadi:
1. Teknologi Tinggi (Hi-Tech)
Suatu jenis teknologi mutakhir yang dikembangkan dari hasil penerapan ilmu pengetahuan terbaru.
Contoh: komputer, laser, bioteknologi, satelit komunikasi, dsb.
Ciri-ciri teknologi ini adalah padat modal, didukung fasilitas riset dan pengembangannya, biaya perawatan tinggi, keterampilan operatornya tinggi dan masyarakat penggunanya ilmiah.
2. Teknologi Madya
Suatu jenis teknologi yang dapat dikembangkan dan didukung masyarakat yang lebih sederhana dan dapat digunakan dengan biaya dan kegunaan yang paling menguntungkan.
Ciri teknologi madya adalah :
Tidak memerlukan modal yang terlalu besar dan tidak memerlukan pengetahuan baru.
Penerapannya bersifat setengah paadat modal dan padat karya.
Unsur-unsur yang mendukung industrinya biasanya dapat diperoleh di dalam negeri dan keterampilan pekerjanya tidak terlalu tinggi.
3. Teknologi Tepat Guna
Teknologi ini dicirikan dengan skala modal kecil, peralatan yang digunakan sederhana dan pelaksanaannya bersifat padat karya. Biasanya dilakukan di negara-negara berkembang, karena dapat membantu perekonomian pedesaan, mengurangi urbanisasi dan menciptakan tradisi teknologi dari tingkat paling sederhana.
Dampak Penyalahgunaan Iptek Bagi Kehidupan
a. Nuklir
b. Efek rumah kaca
c. Polusi
d. Klonasi/kloning
Sains dan teknologi dapat berkembang melalui penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa.
Kegunaan IPTEK bagi manusia sangat tergantung dari nilai, moral, norma, dan hukum yang mendasarinya. IPTEK tanpa nilai sangat berbahaya dan manusia tanpa IPTEK mencerminkan keterbelakangan.
Pengertian Sains Dan Teknologi
Sains adalah ilmu pengetahuan yang teratur (sistematis) yang dapat diuji kebenarannya sesuai realita.
Teknologi merupakan keterampilan manusia menggunakan sumber daya alam untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapinya dalam kehidupan.
Makna Sains, Teknologi, dan Seni Bagi Manusia
Perkembangan Teknologi
Perkembangan IPTEK dapat mendatangkan kemakmuran materi. Dengan menggunakan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru, kita dapat memperoleh hasil.
Iptek dan Nilai
Perkembangan iptek bergerak cepat, sehingga perlu ditanggapi dan dipersiapkan dalam menghadapinya sesuai kebutuhan pembangunan. Teknologi dapat membawa bencana, sebaliknya juga telah terbukti bahwa bagi mereka yang dapat memanfaatkannya, teknologi tersebut dapat menolong mereka dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Manusia Sebagai Subjek dan Objek IPTEK
Dengan adanya kemajuan ilmu teknologi, manusia bisa menciptakan perlengkapan yang canggih untuk berbagai kegiatan sehingga dalam kegiatan kehidupannya tersedia berbagai kemudahan.
Makna dan Nilai IPTEK
Makna IPTEK
Perkembangan teknologi dapat menghasilkan kemakmuran bagi masyarakat. Sifat ketidakpuasan manusia mendorong kemajuan teknologi digunakan untuk memudahkan kehidupan manusia
Nilai IPTEK
IPTEK dikembangkan sesuai kebutuhan. Perkembangan iptek harus mampu menyesuaikan nilai yang dianut suatu masyarakat.
Tingkatan Teknologi berdasarkan penerapannya dapat dibagi menjadi:
1. Teknologi Tinggi (Hi-Tech)
Suatu jenis teknologi mutakhir yang dikembangkan dari hasil penerapan ilmu pengetahuan terbaru.
Contoh: komputer, laser, bioteknologi, satelit komunikasi, dsb.
Ciri-ciri teknologi ini adalah padat modal, didukung fasilitas riset dan pengembangannya, biaya perawatan tinggi, keterampilan operatornya tinggi dan masyarakat penggunanya ilmiah.
2. Teknologi Madya
Suatu jenis teknologi yang dapat dikembangkan dan didukung masyarakat yang lebih sederhana dan dapat digunakan dengan biaya dan kegunaan yang paling menguntungkan.
Ciri teknologi madya adalah :
Tidak memerlukan modal yang terlalu besar dan tidak memerlukan pengetahuan baru.
Penerapannya bersifat setengah paadat modal dan padat karya.
Unsur-unsur yang mendukung industrinya biasanya dapat diperoleh di dalam negeri dan keterampilan pekerjanya tidak terlalu tinggi.
3. Teknologi Tepat Guna
Teknologi ini dicirikan dengan skala modal kecil, peralatan yang digunakan sederhana dan pelaksanaannya bersifat padat karya. Biasanya dilakukan di negara-negara berkembang, karena dapat membantu perekonomian pedesaan, mengurangi urbanisasi dan menciptakan tradisi teknologi dari tingkat paling sederhana.
Dampak Penyalahgunaan Iptek Bagi Kehidupan
a. Nuklir
b. Efek rumah kaca
c. Polusi
d. Klonasi/kloning
Materi 5 Worldview
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup dapat diklasivikasikan berdasarkan asalnya, terdiri dari 3 macam:
a. Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
b. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut
c. Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya
Sumber Pandangan Hidup
1. Agama (Islam memiliki nilai kebenaran mutlak)
2. Nilai-nilai budaya suatu bangsa
3. Pancasila
4. Hasil renungan seseorang hingga menjadi ajaran etika untuk hidup
Pandangan Hidup Muslim
Pedoman hidup: Al-Qur’an dan Sunnah
Dasar hidup: Islam
Tuntutan hidup:
Arah vertikal: mencari keridoan Allah
Arah horizontal: kebahagiaan dunia dan akhirat (Q.S. Al-Baqarah:207), menjadi rahmat bagi segenap alam.
Ideologi
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu orgnisasi, maka pandangan hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi polotik, ideologinya disebut ideologi politik. Jika organisasi itu suatu negara maka disebut ideologi negara.
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur:
I. Cita-cita
II. Kebajikan
III. Usaha
IV. Keyakinan/kepercayaan
Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup dapat diklasivikasikan berdasarkan asalnya, terdiri dari 3 macam:
a. Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
b. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut
c. Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya
Sumber Pandangan Hidup
1. Agama (Islam memiliki nilai kebenaran mutlak)
2. Nilai-nilai budaya suatu bangsa
3. Pancasila
4. Hasil renungan seseorang hingga menjadi ajaran etika untuk hidup
Pandangan Hidup Muslim
Pedoman hidup: Al-Qur’an dan Sunnah
Dasar hidup: Islam
Tuntutan hidup:
Arah vertikal: mencari keridoan Allah
Arah horizontal: kebahagiaan dunia dan akhirat (Q.S. Al-Baqarah:207), menjadi rahmat bagi segenap alam.
Ideologi
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu orgnisasi, maka pandangan hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi polotik, ideologinya disebut ideologi politik. Jika organisasi itu suatu negara maka disebut ideologi negara.
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur:
I. Cita-cita
II. Kebajikan
III. Usaha
IV. Keyakinan/kepercayaan
Manusia dan Peradaban
MANUSIA SABAGAI MAKHLUK BERADAB DAN MASYARAKAT ADAB
Manusia dikatakan makhluk yang beradab karena manusia dianugrahi harkat, martabat, serta potensi kemanusiaan yang tinggi.
Dalam perkembangannya manusia bisa saja jatuh dalam perilaku kebiadaban. Hal ini dikarenakan mereka tidak mampu menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa yang dimilikinya. Mereka telah melanggar kemanusiaannya.
Catatan unik
• Masyarakat adab memiliki padanan istilah yang dikenal dengan masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society).(nurcholis Majid)
• Masyarakat beradab atau berkeadaban
• Masyarakat madani (masyarakat yang teratur dan beradab)
• Peradaban hanya terwujud dalam masyarakat teratur
Wujud Peradaban Moral
1. Nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan
2. Norma: aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau buruk
3. Etika: nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan santun
4. Estetika: berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).
Peradaban lahir sebagai respon (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi, menaklukan, dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna mencukupi kebutuhan dan melestarikan kelangsungan hidupnya. Penerapan teknologi itu bertujuan untuk memudahkan kerja manusia agar meningkatkan efisiensi dan produktifitas.
Gelombang Perubahan Peradaban Umat Manusia
Mengalami 3 gelombang, yaitu:
1. Peradaban teknologi pertanian (800 SM -1500 M)
Sebagai gelombang I (the first wave): revolusi hijau. Manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian. Mereka cenderung bertempat tinggal di suatu tempat yang kemudian menumbuhkan desa.
2. Peradaban teknologi industri (1500 M - 1970 M)
Sebagai gelombang II: revolusi industri. Ditemukan mesin-mesin bergerak cepat dan ban berjalan. Diawali oleh penemuan mesin uap pada tahun 1712. Mesin-mesin dapat mendengar dan melihat setajam pancaindera. Lahir macam-macam mesin baru yang akhirnya dikoordinir dengan rapi menjadi pabrik. Penggunaan mesin industri telah memajukan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Eropa.
3. Peradaban informasi (1970 M - sekarang)
Sebagai gelombang III: revolusi informasi. Ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dalam berbagai bidang. Gelombang ini melahirkan suatu masyarakat dunia yang dikenal dengan “the global village”.
Globalisasi Memunculkan Perubahan-perubahan:
1. Perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi
2. Perubahan dari teknologi yang mengandalkan kekuatan tenaga ke teknologi canggih
3. Perubahan dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia
4. Perubahan dari jangka pendek ke jangka panjang
5. Perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi
6. Perubahan dari bantuan lembaga ke bantuan diri sendiri
7. Perubahan dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatori
8. Perubahan dari sistem hierarki ke jaringan kerja
9. Perubahan dari utara ke selatan
10. Perubahan dari satu diantara dua pilihan menjadi macam-macam pilihan
10 Macam Perubahan Di Era Globalisasi (Patricia Aburdace:1990)
1. Abad biologi
2. Bangunnya sosialisme pasar bebas
3. Cara hidup global dan nasionalme budaya
4. Dasawarsa kepemimpinan wanita
5. Kebangkitan agama dan milenium baru
6. Kebangkitan dalam kesenian
7. Kemenangan individu
8. Pertumbuhan ekonomi dunia dalam tahun 1990-an
9. Berkembangnya wilayah Pasifik
10. Privatisasi/swastanisasi atas negara kesejahteraan
Manusia dikatakan makhluk yang beradab karena manusia dianugrahi harkat, martabat, serta potensi kemanusiaan yang tinggi.
Dalam perkembangannya manusia bisa saja jatuh dalam perilaku kebiadaban. Hal ini dikarenakan mereka tidak mampu menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa yang dimilikinya. Mereka telah melanggar kemanusiaannya.
Catatan unik
• Masyarakat adab memiliki padanan istilah yang dikenal dengan masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society).(nurcholis Majid)
• Masyarakat beradab atau berkeadaban
• Masyarakat madani (masyarakat yang teratur dan beradab)
• Peradaban hanya terwujud dalam masyarakat teratur
Wujud Peradaban Moral
1. Nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan
2. Norma: aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu benar atau salah, baik atau buruk
3. Etika: nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang menjadi pegangan dalam mengatur tingkah laku manusia. Bisa juga diartikan sebagai etiket, sopan santun
4. Estetika: berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).
Peradaban lahir sebagai respon (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi, menaklukan, dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna mencukupi kebutuhan dan melestarikan kelangsungan hidupnya. Penerapan teknologi itu bertujuan untuk memudahkan kerja manusia agar meningkatkan efisiensi dan produktifitas.
Gelombang Perubahan Peradaban Umat Manusia
Mengalami 3 gelombang, yaitu:
1. Peradaban teknologi pertanian (800 SM -1500 M)
Sebagai gelombang I (the first wave): revolusi hijau. Manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian. Mereka cenderung bertempat tinggal di suatu tempat yang kemudian menumbuhkan desa.
2. Peradaban teknologi industri (1500 M - 1970 M)
Sebagai gelombang II: revolusi industri. Ditemukan mesin-mesin bergerak cepat dan ban berjalan. Diawali oleh penemuan mesin uap pada tahun 1712. Mesin-mesin dapat mendengar dan melihat setajam pancaindera. Lahir macam-macam mesin baru yang akhirnya dikoordinir dengan rapi menjadi pabrik. Penggunaan mesin industri telah memajukan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Eropa.
3. Peradaban informasi (1970 M - sekarang)
Sebagai gelombang III: revolusi informasi. Ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang memudahkan manusia untuk berkomunikasi dalam berbagai bidang. Gelombang ini melahirkan suatu masyarakat dunia yang dikenal dengan “the global village”.
Globalisasi Memunculkan Perubahan-perubahan:
1. Perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi
2. Perubahan dari teknologi yang mengandalkan kekuatan tenaga ke teknologi canggih
3. Perubahan dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia
4. Perubahan dari jangka pendek ke jangka panjang
5. Perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi
6. Perubahan dari bantuan lembaga ke bantuan diri sendiri
7. Perubahan dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatori
8. Perubahan dari sistem hierarki ke jaringan kerja
9. Perubahan dari utara ke selatan
10. Perubahan dari satu diantara dua pilihan menjadi macam-macam pilihan
10 Macam Perubahan Di Era Globalisasi (Patricia Aburdace:1990)
1. Abad biologi
2. Bangunnya sosialisme pasar bebas
3. Cara hidup global dan nasionalme budaya
4. Dasawarsa kepemimpinan wanita
5. Kebangkitan agama dan milenium baru
6. Kebangkitan dalam kesenian
7. Kemenangan individu
8. Pertumbuhan ekonomi dunia dalam tahun 1990-an
9. Berkembangnya wilayah Pasifik
10. Privatisasi/swastanisasi atas negara kesejahteraan
Materi 4 Civilization
MANUSIA DAN PERADABAN
Arti Peradaban
Peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu pada suatu masyarakat, yang tercermin dalam tingkat intelektual, keindahan, teknologi,dan spiritual.
Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut civilization.
Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan.
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya, yang berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
Istilah peradaban sering dipakai untuk hasil-hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat sopan santun serta pergaulan. Selain itu juga menunjukkan kepandaian menulis, organisasi bernegara serta masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Peradaban Memiliki Kaitan Erat Dengan Kebudayaan
Kebudayaan hakikatnya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.
Kemampuan cipta (aqal): manusia menghasilkan ilmu pengetahuan.
Kemampuan rasa manusia melalui alat-alat inderanya menghasilkan beragam barang seni dan bentuk-bentuk kesenian.
Kemampuan karsa manusia: menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan kebahagiaan sehingga menghasilkan berbagai aktivitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Hasil atau produk kebudayaan manusia inilah yang menghasilkan peradaban
Setiap masyarakat atau bangsa dimana pun selalu berkebudayaan, tetapi tidak semua memiliki peradaban.
Peradaban merupakan tahap tertentu dari kebuayaan masyarakat tertentu yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju.
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh:
Kemajuan teknnologi
Ilmu pengetahuan
Tingkat pendidikan
Kemampuan teknologi menjadikan bangsa itu dianggap lebih maju dari bangsa-bangsa lain pada zamannya. Kemajuan teknologi bisa dilihat dari infrastruktur bangunan, sarana yang dibuat, lembaga yang dibentuk, dll.
Peradaban ditentukan pula oleh tingkat pendidikan; salah satu ciri yang penting dalam definisi peradaban adalah berbudaya (cultured). Orang yang cultured adalah juga yang lettered, artinya melek huruf. Orang yang cultured adalah yang mampu menghayati dan memahami hasil kebudayaan adiluhung yang hanya bisa didapatkan dengan pendidikan yang tarafnya tinggi. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang terdidik.
Arti Peradaban
Peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu pada suatu masyarakat, yang tercermin dalam tingkat intelektual, keindahan, teknologi,dan spiritual.
Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut civilization.
Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan.
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya, yang berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
Istilah peradaban sering dipakai untuk hasil-hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat sopan santun serta pergaulan. Selain itu juga menunjukkan kepandaian menulis, organisasi bernegara serta masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Peradaban Memiliki Kaitan Erat Dengan Kebudayaan
Kebudayaan hakikatnya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.
Kemampuan cipta (aqal): manusia menghasilkan ilmu pengetahuan.
Kemampuan rasa manusia melalui alat-alat inderanya menghasilkan beragam barang seni dan bentuk-bentuk kesenian.
Kemampuan karsa manusia: menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan, dan kebahagiaan sehingga menghasilkan berbagai aktivitas hidup manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Hasil atau produk kebudayaan manusia inilah yang menghasilkan peradaban
Setiap masyarakat atau bangsa dimana pun selalu berkebudayaan, tetapi tidak semua memiliki peradaban.
Peradaban merupakan tahap tertentu dari kebuayaan masyarakat tertentu yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju.
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh:
Kemajuan teknnologi
Ilmu pengetahuan
Tingkat pendidikan
Kemampuan teknologi menjadikan bangsa itu dianggap lebih maju dari bangsa-bangsa lain pada zamannya. Kemajuan teknologi bisa dilihat dari infrastruktur bangunan, sarana yang dibuat, lembaga yang dibentuk, dll.
Peradaban ditentukan pula oleh tingkat pendidikan; salah satu ciri yang penting dalam definisi peradaban adalah berbudaya (cultured). Orang yang cultured adalah juga yang lettered, artinya melek huruf. Orang yang cultured adalah yang mampu menghayati dan memahami hasil kebudayaan adiluhung yang hanya bisa didapatkan dengan pendidikan yang tarafnya tinggi. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang terdidik.
Manusia dan Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta “dhra” yang artinya menahan atau menanggung.
Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Ada penderitaan lahir, batin, maupun lahir batin. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan.
Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “resiko hidup”. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan pada umat-Nya, tetapi juga memberikan penderitaan ataau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak berpaling dari-Nya.
Bagi manusia yang tebal imannya, musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepada-Nya dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar dari dirinya, akan membuat manusia merasa dirinya lebih kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya, dan pada akhirnya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
Penderitaan Pada Manusia
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh bermacam-macam pengaruh dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif maupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri, dsb. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat menimbulkan sikap anti, seperti anti pacaran, anti setia, anti sosial, anti pemerintah, dsb.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Ada penderitaan lahir, batin, maupun lahir batin. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan.
Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “resiko hidup”. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan pada umat-Nya, tetapi juga memberikan penderitaan ataau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak berpaling dari-Nya.
Bagi manusia yang tebal imannya, musibah yang dialaminya akan cepat dapat menyadarkan dirinya untuk bertobat kepada-Nya dan bersikap pasrah akan nasib yang ditentukan Tuhan atas dirinya. Kepasrahan karena yakin bahwa kekuasaan Tuhan memang jauh lebih besar dari dirinya, akan membuat manusia merasa dirinya lebih kecil dan menerima takdir. Dalam kepasrahan demikianlah akan diperoleh suatu kedamaian dalam hatinya, sehingga secara berangsur akan berkurang penderitaan yang dialaminya, dan pada akhirnya masih dapat bersyukur bahwa Tuhan tidak memberikan cobaan yang lebih berat dari yang dialaminya.
Penderitaan Pada Manusia
1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
2. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab Tuhan
Pengaruh Penderitaan
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh bermacam-macam pengaruh dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif maupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri, dsb. Sikap ini diungkapkan dalam peribahasa “sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna”, “nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat menimbulkan sikap anti, seperti anti pacaran, anti setia, anti sosial, anti pemerintah, dsb.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
Manusia dan Keadilan
KONSEP KEADILAN
Keadilan , adalah keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewajiban.
Aristoteles: “ keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia.” Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit.
Plato: “ diproyeksikan pada orang. Orang yang adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dengan akal.”
Socrates: “ diproyeksikan pada pemerintahan. Keadilan tercipta bilamana setiap warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.” Alasannya, karena pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
Konsep keadilan ini perlu dipahami dan dihayati agar terciptanya homohumanus (manusia yang berbudaya, manusiawi, dan lembut).
“Macam-macam Keadilan”
Menurut sumbernya:
1. Keadilan individual, adalah keadilan yang bergantung pada kehendak baik atau kehendak buruk masing-masing individu.
2. Keadilan sosial, adalah keadilan yang pelaksanaannya bergantung pada struktur-struktur yang terdapat dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan ideologi.
Menurut jenisnya:
1. Keadilan legal (keadilan moral)
Terwujud bila setiap anggota dalam masyarakat melakukan fungsinya dengan baik menurut kemampuannya.
2. Keadilan distributif
Terwujud apabila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama pula.
Contoh: sistem penggajian/upah lulusan SMA dibedakan dengan lulusan sarjana.
3. Keadilan kumulatif
Terwujud apabila tindakannya tidak bercorak ekstrem sehingga merusak atau menghancurkan pertalian di dalam masyarakat dan masyarakat menjadi tidak tertib.
Keadilan kumulatif berguna untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kepentingan publik.
“Ciri-Ciri Nilai Keadilan”
1. Tidak memihak
2. Sama hak
3. Sah menurut hukum
4. Layak dan wajar
5. Benar secara moral
Bila keadilan dijunjung dalam masyarakat, maka akan tercipta iklim kehidupan yang tentram, harmonis, dan sejahtera.
Dengan keadilan, maka:
a. Kesadaran adanya hak yang sama bagi setiap warga negara
b. Adanya kewajiban yang sama
c. Hak dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran
Akibat ketidakadilan:
1. Kehancuran bagi dirinya dan orang lain yang ada di sekitarnya.
2. Terciptanya kezaliman.
a. Keadaan yang tidak lagi menghargai, menghormati hak-hak orang lain
b. Sewenang-wenang merampas hak orang lain
Bagaimana agar tercipta keadilan? Dengan:
1. Adanya tekad bahwa hanya dengan keadilan hidup akan berkah
2. Berlaku adil pada siapapun, hidup akan sukses.
3. Cari ilmu supaya mengetahui
a. Hak dan kewajiban serta aturan-aturan hidup lurus dan benar
b. Tahu hak Allah SWT, diri sendiri, orang tua, keluarga, dan umat
c. Orang yang kurang berilmu cenderung mudah berbuat zalim
d. Batasan antara yang benar (hak) dan salah (batil), tidak mengikuti hawa nafsu
4. Berusaha menyelesaikan masalah dengan data dan informasi yang benar dan akurat (dengan cross check agar keputusan tidak subjektif)
5. Menjadikan keadilan sebagai kunci kebahagiaan, keselamatan, kesuksesan, dan keharmonisan dalam hidup.
*)adil merupakan ciri seseorang yang taqwa kepada Allah(*
“berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.”(Q.S. Al-Maidah:5)
Adil terhadap Allah:
Menyadari bahwa kita adalah ciptaan Allah, milik Allah, dan segalanya adalah titipan Allah.
Adil terhadap diri sendiri:
1. Perlakukan diri kita adil (kebutuhan jasmani dan rohani, bersih dari penyakit hati)
2. Ibadah yang tulus dan istiqomah
3. Jaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat, maka hidup akan tentram.
“ hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap diri sendiri.” (Q.S. Annisa: 135)
Adil terhadap orang tua:
Jadilah anak yang shaleh, berbakti, dan balas budi.
Adil terhadap orang lain:
Janganlah memanfaatkan kekuasaan dari amanah untuk kepentingan pribadi.
Mengayomi semua pihak, menegakkan hukum, jadi panutan yang baik.
_Pemimpin yang adil akan masuk surga_
Keadilan , adalah keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewajiban.
Aristoteles: “ keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia.” Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit.
Plato: “ diproyeksikan pada orang. Orang yang adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dengan akal.”
Socrates: “ diproyeksikan pada pemerintahan. Keadilan tercipta bilamana setiap warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.” Alasannya, karena pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
Konsep keadilan ini perlu dipahami dan dihayati agar terciptanya homohumanus (manusia yang berbudaya, manusiawi, dan lembut).
“Macam-macam Keadilan”
Menurut sumbernya:
1. Keadilan individual, adalah keadilan yang bergantung pada kehendak baik atau kehendak buruk masing-masing individu.
2. Keadilan sosial, adalah keadilan yang pelaksanaannya bergantung pada struktur-struktur yang terdapat dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan ideologi.
Menurut jenisnya:
1. Keadilan legal (keadilan moral)
Terwujud bila setiap anggota dalam masyarakat melakukan fungsinya dengan baik menurut kemampuannya.
2. Keadilan distributif
Terwujud apabila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama pula.
Contoh: sistem penggajian/upah lulusan SMA dibedakan dengan lulusan sarjana.
3. Keadilan kumulatif
Terwujud apabila tindakannya tidak bercorak ekstrem sehingga merusak atau menghancurkan pertalian di dalam masyarakat dan masyarakat menjadi tidak tertib.
Keadilan kumulatif berguna untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kepentingan publik.
“Ciri-Ciri Nilai Keadilan”
1. Tidak memihak
2. Sama hak
3. Sah menurut hukum
4. Layak dan wajar
5. Benar secara moral
Bila keadilan dijunjung dalam masyarakat, maka akan tercipta iklim kehidupan yang tentram, harmonis, dan sejahtera.
Dengan keadilan, maka:
a. Kesadaran adanya hak yang sama bagi setiap warga negara
b. Adanya kewajiban yang sama
c. Hak dan kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran
Akibat ketidakadilan:
1. Kehancuran bagi dirinya dan orang lain yang ada di sekitarnya.
2. Terciptanya kezaliman.
a. Keadaan yang tidak lagi menghargai, menghormati hak-hak orang lain
b. Sewenang-wenang merampas hak orang lain
Bagaimana agar tercipta keadilan? Dengan:
1. Adanya tekad bahwa hanya dengan keadilan hidup akan berkah
2. Berlaku adil pada siapapun, hidup akan sukses.
3. Cari ilmu supaya mengetahui
a. Hak dan kewajiban serta aturan-aturan hidup lurus dan benar
b. Tahu hak Allah SWT, diri sendiri, orang tua, keluarga, dan umat
c. Orang yang kurang berilmu cenderung mudah berbuat zalim
d. Batasan antara yang benar (hak) dan salah (batil), tidak mengikuti hawa nafsu
4. Berusaha menyelesaikan masalah dengan data dan informasi yang benar dan akurat (dengan cross check agar keputusan tidak subjektif)
5. Menjadikan keadilan sebagai kunci kebahagiaan, keselamatan, kesuksesan, dan keharmonisan dalam hidup.
*)adil merupakan ciri seseorang yang taqwa kepada Allah(*
“berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.”(Q.S. Al-Maidah:5)
Adil terhadap Allah:
Menyadari bahwa kita adalah ciptaan Allah, milik Allah, dan segalanya adalah titipan Allah.
Adil terhadap diri sendiri:
1. Perlakukan diri kita adil (kebutuhan jasmani dan rohani, bersih dari penyakit hati)
2. Ibadah yang tulus dan istiqomah
3. Jaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat, maka hidup akan tentram.
“ hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap diri sendiri.” (Q.S. Annisa: 135)
Adil terhadap orang tua:
Jadilah anak yang shaleh, berbakti, dan balas budi.
Adil terhadap orang lain:
Janganlah memanfaatkan kekuasaan dari amanah untuk kepentingan pribadi.
Mengayomi semua pihak, menegakkan hukum, jadi panutan yang baik.
_Pemimpin yang adil akan masuk surga_
Gaya Hidup Hedonisme
PENYEBAB SERTA AKIBAT HEDONISME
Penyebab Hedonisme
Ada dua faktor penyebab hedonisme, yaitu faktor ekstern dan faktor intern.
“Faktor Ekstern”
Derasnya arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang masyarakat merupakan faktor yang tak dapat dielakkan. Nilai-nilai yang dulu dianggap tabu, kini dianggap biasa. Media komunikasi, khususnya media iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah etika dan moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan.
Abu Al Ghifari mengatakan bahwa,
“Dari semua tawaran pada media-media ini, tak jarang menjadikan seks sebagai sarana hiburan. Aurat untuk menarik massa yang tak layak disembunyikan lagi. Kini daerah-daerah aman wanita sudah tak ada lagi dari bidikan kamera film-film yang mempertontonkan bagian-bagian yang vital, sehingga televisi tak lebih dari hedonisme media masa kini.”
Dalam hal ini seluruh media informasi yang ada turut serta ambil bagian dalam menentukan paham hedonisme terjerat pada seseorang. Perilaku Hedonis tidak terlepas daripada pergaulan sesama dalam kota-kota besar yang lebih menyukai kesenangan dan kenikmatan. Pendapat di atas itu dibenarkan oleh dosen Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Inna Mutmainah. Dijelaskan oleh Inna, “Anak muda memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan berkomunitas. Mereka paling senang nongkrong bersama kelompok dan teman-teman sebayanya.” Dalam bergaul ini, selalu ada tekanan dari dalam diri si anak untuk melakukan hal yang sama dengan teman satu kelompok. Nah, tekanan itu akan membuat dia mempertanyakan kembali nilai yang selama ini telah tertanam dalam dirinya. Jika seseorang tinggal dalam lingkungan yang hidupnya suka berfoya-foya, mengejar kenikmatan, maka dengan sendirinya orang tersebut akan mengikuti gaya hidup yang telah ditanamkan dalam lingkungan pergaulan tersebut.
“Faktor Intern”
Sementara itu dilihat dari sisi intern, lemahnya keyakinan agama seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku sebagian masyarakat yang mengagungkan kesenangan dan hura-hura semata. Binzar Situmorang menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang menjadi tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi mereka yang suka mengejar kesenangan.
Akibat Hedonisme
Manusia sangat antusias terhadap adanya hal-hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu yang singkat muncullah berbagai fenomena akibat faham ini.
Cinta Diri Sendiri
Individualistis dan nafsu telah merasuki manusia modern pada saat ini. Begitu juga sikap untuk meraih kenikmatan yang berlebihan sangat kental mewarnai kehidupan pada zaman ini. Inilah pola hidup hedonis. Hidup saling gotong-royong dan bantu membantu yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia seakan telah memudar.
Materialistis
Akibat lain yang timbul dari hedonisme adalah materialistis. Rick Wilkerson mengatakan bahwa, “Materialistis ialah penghargaan yang terlalu tinggi terhadap harta benda dan barang-barang material lainnya.” Sesungguhnya mereka memandang bahwa nilai tertinggi di dunia ini ada dalam materi (benda). Kalau demikian dapatlah diketahui bahwa betapa kuatnya hasrat untuk memiliki barang-barang untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan bagi para hedonis ini. Malcolm Brownlee mengatakan bahwa, “hasrat untuk mendapat barang-barang dan uang dirangsang oleh pola hidup konsumtif masa kini sehingga nilai-nilai moral diancam.” Menghemat, hidup sederhana, kebaikan hati dan kemurahan hati makin berkurang. Hidup mewah, pemborosan, dan ketamakan makin bertambah. Karena hasratnya untuk mendapat barang-barang, banyak orang menjadi kurang peka kepada kebutuhan sesamanya dan kurang percaya kepada Allah. Orang-orang kristen juga hidup di tengah-tengah suatu peradaban yang duniawi, dan ada begitu banyak tekanan untuk menyesuaikan diri dengan situasi ini. Richard Foster mengatakan dalam bukunya Money, Sex and Power,
“Pemborosan yang menuruti kata hati merupakan suatu keranjingan jaman modern. Keinginan untuk mempunyai lebih, lebih, dan lebih lagi, jelas merupakan suatu psikosis, hal ini jelas melarikan diri dari kenyataan.”
Seks Bebas
Dewasa ini kita sering mendengar istilah “free sex” atau hubungan seks bebas. Bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan seks, guna mendapatkan kenikmatan atau kebahagian. Gaya hidup semacan ini sering dijumpai di kota-kota besar. Orang tidak lagi bebas menggunakan seks sebagai tanda cinta kasih. Mereka tidak lagi memperhatikan pasangannya dengan hormat, lemah, lembut dan setia. Akan tetapi mereka menjadikan pasangan tersebut sebagai budak hawa nafsunya untuk mendapatkan kenikamatan sesaat. Pasangannya bukan lagi dijadikan sebagai manusia yang tercinta sedaging dengannya, akan tetapi bagaimana dia memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan. Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi hedonis. Masa bodoh dengan pekerjaan, kuliah, yang penting senang, bahagia, dan mendapatkan kenikmatan setiap hari. Hal ini bisa dianggap sebagai efek fenomena free seks yang melanda kehidupan kaum muda sekarang ini. Tidak mengherankan ada beberapa mahasiwa dalam perguruan tinggi swasta yang hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam pergaulan kota besar seperti harus memiliki handphone, pakaian dan dandanan yang bagus, maka mereka merelakan keperawanan mereka.
Mentalitas “Instan”
Selain beberapa fenomena yang terjadi di atas, ada kecenderungan untuk memilih lebih baik hidup enak, mewah, dan serba berkecukupan tanpa bekerja keras. Titel “remaja yang gaul dan funky” baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini. Artinya mentalitas instan membawa manusia untuk tidak usah melalui proses berbelit-belit, dalam hal mendapatkan suatu kebahagian. Jika ternyata ada jalan tikus yang enak untuk dilalui, maka dilewati saja tanpa mempedulikan salah atau tidak. Itulah yang menjadi prinsip untuk mendapatkan sesuatu.
Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis semua urusan beres. Akhirnya, semboyan non scholae sed vitae discimus (belajar untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar dan menghilang, kata, RB Yoga Kuswandono dalam Suara Harian Merdeka. Karena yang diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika bisa memperoleh hasil dengan cara simpel walaupun salah, mengapa tidak dilakukan? Untuk apa harus melalui proses panjang dengan pengorbanan, kalau toh hasilnya sama.
Koentjaraningrat juga menulis bahwa, dalam masyarakat kita sekarang timbul mentalitas yang suka menerobos yaitu, “nafsu untuk mencapai tujuannya secepat-cepatnya tanpa banyak kerelaan berusaha dari permulaan secara selangkah demi selangkah.” Kecenderungan modern yang mengikuti paham hedonisme ini sangat berbeda dengan tradisi-tradisi adat Indonesia, yang menekankan sikap yang cermat. Dewasa ini ada orang-orang yang ingin memamerkan taraf hidup yang mewah dalam waktu secepat-cepatnya tanpa kerelaan untuk juga mengunyah pahit getirnya masa permulaan berusaha.
Penyebab Hedonisme
Ada dua faktor penyebab hedonisme, yaitu faktor ekstern dan faktor intern.
“Faktor Ekstern”
Derasnya arus industrialisasi dan globalisasi yang menyerang masyarakat merupakan faktor yang tak dapat dielakkan. Nilai-nilai yang dulu dianggap tabu, kini dianggap biasa. Media komunikasi, khususnya media iklan memang sangat bersinggungan dengan masalah etika dan moral. Melalui simbol-simbol imajinatif media komunikasi massa jelas sangat memperhitungkan dan memanfaatkan nafsu, perasaan, dan keinginan.
Abu Al Ghifari mengatakan bahwa,
“Dari semua tawaran pada media-media ini, tak jarang menjadikan seks sebagai sarana hiburan. Aurat untuk menarik massa yang tak layak disembunyikan lagi. Kini daerah-daerah aman wanita sudah tak ada lagi dari bidikan kamera film-film yang mempertontonkan bagian-bagian yang vital, sehingga televisi tak lebih dari hedonisme media masa kini.”
Dalam hal ini seluruh media informasi yang ada turut serta ambil bagian dalam menentukan paham hedonisme terjerat pada seseorang. Perilaku Hedonis tidak terlepas daripada pergaulan sesama dalam kota-kota besar yang lebih menyukai kesenangan dan kenikmatan. Pendapat di atas itu dibenarkan oleh dosen Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Inna Mutmainah. Dijelaskan oleh Inna, “Anak muda memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan berkomunitas. Mereka paling senang nongkrong bersama kelompok dan teman-teman sebayanya.” Dalam bergaul ini, selalu ada tekanan dari dalam diri si anak untuk melakukan hal yang sama dengan teman satu kelompok. Nah, tekanan itu akan membuat dia mempertanyakan kembali nilai yang selama ini telah tertanam dalam dirinya. Jika seseorang tinggal dalam lingkungan yang hidupnya suka berfoya-foya, mengejar kenikmatan, maka dengan sendirinya orang tersebut akan mengikuti gaya hidup yang telah ditanamkan dalam lingkungan pergaulan tersebut.
“Faktor Intern”
Sementara itu dilihat dari sisi intern, lemahnya keyakinan agama seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku sebagian masyarakat yang mengagungkan kesenangan dan hura-hura semata. Binzar Situmorang menyatakan bahwa, “Kerohanian seseorang menjadi tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi mereka yang suka mengejar kesenangan.
Akibat Hedonisme
Manusia sangat antusias terhadap adanya hal-hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu yang singkat muncullah berbagai fenomena akibat faham ini.
Cinta Diri Sendiri
Individualistis dan nafsu telah merasuki manusia modern pada saat ini. Begitu juga sikap untuk meraih kenikmatan yang berlebihan sangat kental mewarnai kehidupan pada zaman ini. Inilah pola hidup hedonis. Hidup saling gotong-royong dan bantu membantu yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia seakan telah memudar.
Materialistis
Akibat lain yang timbul dari hedonisme adalah materialistis. Rick Wilkerson mengatakan bahwa, “Materialistis ialah penghargaan yang terlalu tinggi terhadap harta benda dan barang-barang material lainnya.” Sesungguhnya mereka memandang bahwa nilai tertinggi di dunia ini ada dalam materi (benda). Kalau demikian dapatlah diketahui bahwa betapa kuatnya hasrat untuk memiliki barang-barang untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan bagi para hedonis ini. Malcolm Brownlee mengatakan bahwa, “hasrat untuk mendapat barang-barang dan uang dirangsang oleh pola hidup konsumtif masa kini sehingga nilai-nilai moral diancam.” Menghemat, hidup sederhana, kebaikan hati dan kemurahan hati makin berkurang. Hidup mewah, pemborosan, dan ketamakan makin bertambah. Karena hasratnya untuk mendapat barang-barang, banyak orang menjadi kurang peka kepada kebutuhan sesamanya dan kurang percaya kepada Allah. Orang-orang kristen juga hidup di tengah-tengah suatu peradaban yang duniawi, dan ada begitu banyak tekanan untuk menyesuaikan diri dengan situasi ini. Richard Foster mengatakan dalam bukunya Money, Sex and Power,
“Pemborosan yang menuruti kata hati merupakan suatu keranjingan jaman modern. Keinginan untuk mempunyai lebih, lebih, dan lebih lagi, jelas merupakan suatu psikosis, hal ini jelas melarikan diri dari kenyataan.”
Seks Bebas
Dewasa ini kita sering mendengar istilah “free sex” atau hubungan seks bebas. Bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan seks, guna mendapatkan kenikmatan atau kebahagian. Gaya hidup semacan ini sering dijumpai di kota-kota besar. Orang tidak lagi bebas menggunakan seks sebagai tanda cinta kasih. Mereka tidak lagi memperhatikan pasangannya dengan hormat, lemah, lembut dan setia. Akan tetapi mereka menjadikan pasangan tersebut sebagai budak hawa nafsunya untuk mendapatkan kenikamatan sesaat. Pasangannya bukan lagi dijadikan sebagai manusia yang tercinta sedaging dengannya, akan tetapi bagaimana dia memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan. Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi hedonis. Masa bodoh dengan pekerjaan, kuliah, yang penting senang, bahagia, dan mendapatkan kenikmatan setiap hari. Hal ini bisa dianggap sebagai efek fenomena free seks yang melanda kehidupan kaum muda sekarang ini. Tidak mengherankan ada beberapa mahasiwa dalam perguruan tinggi swasta yang hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam pergaulan kota besar seperti harus memiliki handphone, pakaian dan dandanan yang bagus, maka mereka merelakan keperawanan mereka.
Mentalitas “Instan”
Selain beberapa fenomena yang terjadi di atas, ada kecenderungan untuk memilih lebih baik hidup enak, mewah, dan serba berkecukupan tanpa bekerja keras. Titel “remaja yang gaul dan funky” baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini. Artinya mentalitas instan membawa manusia untuk tidak usah melalui proses berbelit-belit, dalam hal mendapatkan suatu kebahagian. Jika ternyata ada jalan tikus yang enak untuk dilalui, maka dilewati saja tanpa mempedulikan salah atau tidak. Itulah yang menjadi prinsip untuk mendapatkan sesuatu.
Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis semua urusan beres. Akhirnya, semboyan non scholae sed vitae discimus (belajar untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar dan menghilang, kata, RB Yoga Kuswandono dalam Suara Harian Merdeka. Karena yang diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika bisa memperoleh hasil dengan cara simpel walaupun salah, mengapa tidak dilakukan? Untuk apa harus melalui proses panjang dengan pengorbanan, kalau toh hasilnya sama.
Koentjaraningrat juga menulis bahwa, dalam masyarakat kita sekarang timbul mentalitas yang suka menerobos yaitu, “nafsu untuk mencapai tujuannya secepat-cepatnya tanpa banyak kerelaan berusaha dari permulaan secara selangkah demi selangkah.” Kecenderungan modern yang mengikuti paham hedonisme ini sangat berbeda dengan tradisi-tradisi adat Indonesia, yang menekankan sikap yang cermat. Dewasa ini ada orang-orang yang ingin memamerkan taraf hidup yang mewah dalam waktu secepat-cepatnya tanpa kerelaan untuk juga mengunyah pahit getirnya masa permulaan berusaha.
Nilai-Nilai Hubungan Sosial
PRASANGKA (PREJUDICE)
PRASANGKA = SIKAP SOSIAL
Sikap, (Morgan:1966)
Adalah kecenderungan untuk merespons baik secara positif ataupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi.
Kecenderungan merespons meliputi perasaan atau pandangannya yang tidak sama dengan tingkah laku.
Sikap seseorang bisa diketahui setelah bertingkah laku. Dalam sikap terkandung penilaian emosional berupa suka, tidak suka, senang, sedih, kecewa, benci, dsb.
“Komponen Sikap”
Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya, terlepas pengetahuan itu benar atau salah.
Afektif : artimya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju / tidak setuju) mengenai objek sikapnya.
Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif sampai tindakan yang negatif.
“Sebab-Sebab Terjadinya Prasangka”
Terdapat 5 pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Historis
Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas, yaitu menyalahkan kelas rendah yang inferior. Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan (justification) untuk berprasangka terhadap kelas rendah.
Contoh : kulit putih terhadap negro. Latar belakang sejarah bahwa kulit putih sebagai tuan dan negro sebagai budak.
2. Pendekatan Sosio Kultural dan Situasional
Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka yang dapat dibagi dalam:
a. Mobilitas Sosial
Artinya kelompok orang yang mengalami penurunan status (mobilitas sosial ke bawah) akan selalu mencari alasan mengenai nasib buruknya (mengkambinghitamkan), tidak mencari penyebab sesungguhnya.
b. Konflik Antar Kelomppok
Prasangka merupakan realitas dari dua kelompok yang bersaing, tidak selalu disebabkan oleh kondisi ekonomi.
c. Stigma Perkantoran
Bahwa ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh noda yang dilakukan kelompok tertentu.
d. Sosialisasi
Prasangka dalam hal ini muncul sebagai hasil dari proseas pendidikan orang tua atau masyarakat sekitar melalui proses sosialisi mulai kecil hingga dewasa.
3. Pendekatan Kepribadian
Disebut juga sebagai “teori frustasi agregasi”. Kepribadian sebagai penyebab prasangka. Frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
4. Pendekatan Fenomenologis
Ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersiapkan lingkungannya. Sehingga persepsi-lah yang menyebabkam prasangka.
5. Pendekatan Native
Prasangka lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
Contohnya: sifat-siifat orang kulit putih menurut orang negro atau sifat-sifat orang negro menurut orang kulit putih.
“ Mengurangi Prasangka”
Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Melalui pendidikan (perluasan kesempatan belajar)
Mengadakan kontak diantara kedua kelompok yang berprasangka (terbuka dan bersikap lapang)
Permainan peran (playing role), disini orang yang berprasangka disuruh menjadi korban prasangka (akan merasakan, mengalami, dan menghayati), sehingga akhirnya tidak akan berprasangka dan berperilaku diskriminatif.
PRASANGKA DAN INTEGRASI MASYARAKAT
Integrasi masyarakat dapat diartikan sebagai adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi.
Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi, dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan.
Integrasi masyarakat akan terwujud jika terjadi pengendalian prasangka dalam masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi.
“ Manusia Sebagai Makhluk Multi Dimensi”
Yaitu, manusia dapat dilihat dari dimensi fisik (jasmani), rohani (psikis), dan psikofisik (nafs) yang mendorong untuk bertingkah laku.
Psikofisik terbagi atas:
Qalbu, berkaitan dengan rasa / emosi.
Akal, berkaitan dengan potensi cipta / kognisi.
Nafsu, berkaitan dengan karsa / konasi.
Keindahan Identik Dengan Kebenaran: “ Segala yang Benar Mengandung Keindahan”
Sikap HALUS mencerminkan GAMBARAN HATI yang halus dan cinta kasih terhadap sesama. Dalam perwujudan sikap ramah, sopan, sederhana dalam pergaulan dimulai dalam keluarga.
Hubungan sosial dalam masyarakat yang HALUS mencerminkan masyarakat itu BERADAB dan BERBUDI.
PRASANGKA = SIKAP SOSIAL
Sikap, (Morgan:1966)
Adalah kecenderungan untuk merespons baik secara positif ataupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi.
Kecenderungan merespons meliputi perasaan atau pandangannya yang tidak sama dengan tingkah laku.
Sikap seseorang bisa diketahui setelah bertingkah laku. Dalam sikap terkandung penilaian emosional berupa suka, tidak suka, senang, sedih, kecewa, benci, dsb.
“Komponen Sikap”
Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya, terlepas pengetahuan itu benar atau salah.
Afektif : artimya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju / tidak setuju) mengenai objek sikapnya.
Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif sampai tindakan yang negatif.
“Sebab-Sebab Terjadinya Prasangka”
Terdapat 5 pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Historis
Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas, yaitu menyalahkan kelas rendah yang inferior. Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan (justification) untuk berprasangka terhadap kelas rendah.
Contoh : kulit putih terhadap negro. Latar belakang sejarah bahwa kulit putih sebagai tuan dan negro sebagai budak.
2. Pendekatan Sosio Kultural dan Situasional
Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka yang dapat dibagi dalam:
a. Mobilitas Sosial
Artinya kelompok orang yang mengalami penurunan status (mobilitas sosial ke bawah) akan selalu mencari alasan mengenai nasib buruknya (mengkambinghitamkan), tidak mencari penyebab sesungguhnya.
b. Konflik Antar Kelomppok
Prasangka merupakan realitas dari dua kelompok yang bersaing, tidak selalu disebabkan oleh kondisi ekonomi.
c. Stigma Perkantoran
Bahwa ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh noda yang dilakukan kelompok tertentu.
d. Sosialisasi
Prasangka dalam hal ini muncul sebagai hasil dari proseas pendidikan orang tua atau masyarakat sekitar melalui proses sosialisi mulai kecil hingga dewasa.
3. Pendekatan Kepribadian
Disebut juga sebagai “teori frustasi agregasi”. Kepribadian sebagai penyebab prasangka. Frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
4. Pendekatan Fenomenologis
Ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersiapkan lingkungannya. Sehingga persepsi-lah yang menyebabkam prasangka.
5. Pendekatan Native
Prasangka lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
Contohnya: sifat-siifat orang kulit putih menurut orang negro atau sifat-sifat orang negro menurut orang kulit putih.
“ Mengurangi Prasangka”
Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Melalui pendidikan (perluasan kesempatan belajar)
Mengadakan kontak diantara kedua kelompok yang berprasangka (terbuka dan bersikap lapang)
Permainan peran (playing role), disini orang yang berprasangka disuruh menjadi korban prasangka (akan merasakan, mengalami, dan menghayati), sehingga akhirnya tidak akan berprasangka dan berperilaku diskriminatif.
PRASANGKA DAN INTEGRASI MASYARAKAT
Integrasi masyarakat dapat diartikan sebagai adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi.
Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi, dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan.
Integrasi masyarakat akan terwujud jika terjadi pengendalian prasangka dalam masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi.
“ Manusia Sebagai Makhluk Multi Dimensi”
Yaitu, manusia dapat dilihat dari dimensi fisik (jasmani), rohani (psikis), dan psikofisik (nafs) yang mendorong untuk bertingkah laku.
Psikofisik terbagi atas:
Qalbu, berkaitan dengan rasa / emosi.
Akal, berkaitan dengan potensi cipta / kognisi.
Nafsu, berkaitan dengan karsa / konasi.
Keindahan Identik Dengan Kebenaran: “ Segala yang Benar Mengandung Keindahan”
Sikap HALUS mencerminkan GAMBARAN HATI yang halus dan cinta kasih terhadap sesama. Dalam perwujudan sikap ramah, sopan, sederhana dalam pergaulan dimulai dalam keluarga.
Hubungan sosial dalam masyarakat yang HALUS mencerminkan masyarakat itu BERADAB dan BERBUDI.
Langganan:
Postingan (Atom)