PRASANGKA (PREJUDICE)
PRASANGKA = SIKAP SOSIAL
Sikap, (Morgan:1966)
Adalah kecenderungan untuk merespons baik secara positif ataupun negatif terhadap orang, objek, atau situasi.
Kecenderungan merespons meliputi perasaan atau pandangannya yang tidak sama dengan tingkah laku.
Sikap seseorang bisa diketahui setelah bertingkah laku. Dalam sikap terkandung penilaian emosional berupa suka, tidak suka, senang, sedih, kecewa, benci, dsb.
“Komponen Sikap”
Kognitif : artinya memiliki pengetahuan mengenai objek sikapnya, terlepas pengetahuan itu benar atau salah.
Afektif : artimya dalam bersikap akan selalu mempunyai evaluasi emosional (setuju / tidak setuju) mengenai objek sikapnya.
Konatif : artinya kecenderungan bertingkah laku bila bertemu dengan objek sikapnya, mulai dari bentuk yang positif sampai tindakan yang negatif.
“Sebab-Sebab Terjadinya Prasangka”
Terdapat 5 pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Historis
Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas, yaitu menyalahkan kelas rendah yang inferior. Sementara mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan (justification) untuk berprasangka terhadap kelas rendah.
Contoh : kulit putih terhadap negro. Latar belakang sejarah bahwa kulit putih sebagai tuan dan negro sebagai budak.
2. Pendekatan Sosio Kultural dan Situasional
Pendekatan ini ditekankan pada kondisi saat ini sebagai penyebab timbulnya prasangka yang dapat dibagi dalam:
a. Mobilitas Sosial
Artinya kelompok orang yang mengalami penurunan status (mobilitas sosial ke bawah) akan selalu mencari alasan mengenai nasib buruknya (mengkambinghitamkan), tidak mencari penyebab sesungguhnya.
b. Konflik Antar Kelomppok
Prasangka merupakan realitas dari dua kelompok yang bersaing, tidak selalu disebabkan oleh kondisi ekonomi.
c. Stigma Perkantoran
Bahwa ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh noda yang dilakukan kelompok tertentu.
d. Sosialisasi
Prasangka dalam hal ini muncul sebagai hasil dari proseas pendidikan orang tua atau masyarakat sekitar melalui proses sosialisi mulai kecil hingga dewasa.
3. Pendekatan Kepribadian
Disebut juga sebagai “teori frustasi agregasi”. Kepribadian sebagai penyebab prasangka. Frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
4. Pendekatan Fenomenologis
Ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersiapkan lingkungannya. Sehingga persepsi-lah yang menyebabkam prasangka.
5. Pendekatan Native
Prasangka lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
Contohnya: sifat-siifat orang kulit putih menurut orang negro atau sifat-sifat orang negro menurut orang kulit putih.
“ Mengurangi Prasangka”
Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Melalui pendidikan (perluasan kesempatan belajar)
Mengadakan kontak diantara kedua kelompok yang berprasangka (terbuka dan bersikap lapang)
Permainan peran (playing role), disini orang yang berprasangka disuruh menjadi korban prasangka (akan merasakan, mengalami, dan menghayati), sehingga akhirnya tidak akan berprasangka dan berperilaku diskriminatif.
PRASANGKA DAN INTEGRASI MASYARAKAT
Integrasi masyarakat dapat diartikan sebagai adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi.
Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi, dan berkurangnya prasangka-prasangka diantara anggota masyarakat secara keseluruhan.
Integrasi masyarakat akan terwujud jika terjadi pengendalian prasangka dalam masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi.
“ Manusia Sebagai Makhluk Multi Dimensi”
Yaitu, manusia dapat dilihat dari dimensi fisik (jasmani), rohani (psikis), dan psikofisik (nafs) yang mendorong untuk bertingkah laku.
Psikofisik terbagi atas:
Qalbu, berkaitan dengan rasa / emosi.
Akal, berkaitan dengan potensi cipta / kognisi.
Nafsu, berkaitan dengan karsa / konasi.
Keindahan Identik Dengan Kebenaran: “ Segala yang Benar Mengandung Keindahan”
Sikap HALUS mencerminkan GAMBARAN HATI yang halus dan cinta kasih terhadap sesama. Dalam perwujudan sikap ramah, sopan, sederhana dalam pergaulan dimulai dalam keluarga.
Hubungan sosial dalam masyarakat yang HALUS mencerminkan masyarakat itu BERADAB dan BERBUDI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar